Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Jika di antara kamu sekalian bangun dari tidur, hendaklah berwudhu dan memasukkan air ke hidung lalu dikeluarkan sebanyak tiga kali, sesungguhnya setan bermalam d lubang hidungnya.” (Muttafaq alaih).
Alasan setan bermalam di lubang hidung karena jauhnya lubang hidung dari nilai dan sentuhan ibadah, kalau mata adalah alat untuk memandang ciptaan Allah yang berupa langit dan bumi. Mata sebagai pintu untuk tadabbur sedangkan pemahaman menjadi pintu untuk berpikir. Jika kita ingat Allah maka Dia akan mengingat kita dan kita termasuk orang-orang yang sukses. Telinga sebagai alat untuk mendengarkan dzikir dan ayat-ayat Allah, sebagaimana Allah SWT berfirman,
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.” (Az-Zumar: 18).
Sedangkan untuk lubang hidung tidak memperoleh makna dan nilai ibadah seperti anggota tubuh di atas, sehingga sangat mudah bagi setan masuk ke dalam diri manusia lewat lubang hidung. Orang-orang mengatakan kepada orang yang sombong, “Setan telah meniup lubang hidungnya.” Hajjaj mengatakan dalam khutbahnya, “Wahai kelompok pengadu domba dan munafik, sesungguhnya setan telah meniupkan mulutnya ke dalam lubang hidung kalian pada waktu kalian bilang bahwa Hajjaj telah meninggal dunia. Apakah Hajjaj hanya berharap kebaikan setelah kematian? Oleh sebab itu Nabi SAW bersabda,
“Menguap dalam shalat adalah dari setan, jika di antara kamu sekalian menguap hendaklah ditahan sebisa mungkin.”
Hidung memiliki lubang yang selalu terbuka, berbeda dengan mata dan mulut mempunyai penutup sehingga susah bagi musuh untuk memasukinya seperti wadah bila tertutup maka akan susah kemasukan sesuatu, sehingga dzikir kepada Allah ibarat tutup baginya.
Dari Jabir, dia berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Tutuplah pintu, tutuplah tempat minum, balikkan wadah dan matikan lampu sesungguhnya setan tidak mampu membuka pintu yang tertutup, menempati minuman yang tertutup dan membalik wadah. Sesungguhnya hewan jahat (tikus) bisa menjadi penyebab rumah manusia terbakar.”(HR. Muslim).
Para ulama berbeda dalam memahami sabda Nabi SAW,
“Jika salah seorang kalian bangun dari tidur, maka janganlah mencelupkan tangannya ke dalam bejana air sehingga ia membasuhnya tiga kali, sebab dia tidak tahu di mana letak tangannya (pada waktu tidur).”
Perintah membasuh di atas bertujuan untuk apa? Menurut Imam al-Qadhi Ya’la dan murid-muridnya bahwa perintah dalam hadits hanya sekedar ta’abbudi (ibadah murni) karena bukan najis secara hakiki. Menurut ulama lain bahwa hanya khawatir ada najis. Menurut ulama lain bahwa boleh jadi tangannya bermalam bersama setan karena Nabi SAW menyuruh memasukkan air ke lubang hidung dengan alasan setan bermalam di tempat itu. Dari pendapat para ulama di atas bisa disimpulkan bahwa perintah membasuh bukan untuk menghilangkan najis. Dan maksud sabda Nabi SAW, “Dia tidak tahu di mana letak tangannya (pada waktu tidur).’ Inilah yang menjadi alasan utama perintah membasuh tangan.
Sumber: Kitab Menelanjangi Setan, Karya: Al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Muflih al-Maqdisi al-Hanbali, Penerjemah: Zaenal Abidin Syamsudin, Lc., Penerbit: Darul Haq
Salam Hangat, MyHayra Fayda Team
Sumber : https://www.syahida.com
Leave a reply