Assalamu’alaikum sahabat MyHayra, kali ini kita akan membahas tentang hari ibu. Meskipun yang diketahui dan diingat banyak orang hari ibu itu jatuh pada bulan Desember nanti, tapi sesungguhnya kasih ibu itu sepanjang masa, maka setiap hari bisa kita jadikan sebagai hari ibu, tidak hanya di hari tertentu saja.
Di mana-mana, orang-orang menyambut hari ibu. Trending topiknya pun “Ibu”, “Selamat Hari Ibu”, “Happy Mother’s Day”, dan semacamnya. Orang-orang update status tentang hari ibu. Tak lupa, mereka juga mengganti poto profil yang menampilkan potret ibunya.
Pernahakan tersirat di benak kita, apakah ibu kita merasa bahagia di hari ibu?
Hhhmmm…
Sebagian besar anak pasti ingin ibunya merasa bahagia. Kita mengaku sering membuat ibu terluka, tapi kita juga ingin jadi salah satu alasan di balik senyumnya. Ingin rasanya selalu menjadi yang terbaik bagi ibu, tapi di waktu yang sama, kita sering membuatnya mengelus dada.
Hari ini, mestinya tiap hari, menjadi momen yang pas untuk kita introspeksi diri. Sudah semaksimal apa kita membahagiakannya? Jangan-jangan, di hari ibu saja, para ibu tak terlalu bahagia menyambutnya. Nah, kenapa bisa begitu? Kalau diperkirakan, alasan-alasannya yaitu sebagai berikut!
- Tidak Ada yang Spesial di Hari Ibu
Hari spesial harusnya memiliki keunikan tersendiri. Tidak tiap hari kita makan ketupat dan opor bersama-sama keluarga, tak tiap hari juga kita melakukan open house dan mempersilakan siapapun orangnya untuk bertamu atau icip-icip kue. Kenapa? Karena semua itu hanya dilakukan di hari raya, sebab hari itu ‘berbeda’ dan ‘spesial’.
Tak heran kalau ide untuk mencuci kaki ibu atau membanjirinya dengan hadiah di hari ibu membuat para ibu bahagia dan terharu. Itu dikarenakan… tak tiap hari anaknya melakukan hal itu. Sesuatu yang spesial bisa dilakukan dengan apapun. Tapi kalau sesuatu yang spesial itu tidak ada, siapa yang akan antusias?
Tapi kita juga harus ingat, hari ibu itu bukan berasal dari Islam, maka kita harus senantiasa berusaha menjadikan setiap hari sebagai hari yang spesial bagi ibu kita dan membuatnya merasa bahagia.
- Ibu Tetap Merasa Menjadi “Pembantu”
Poin ini menjadi renungan tersendiri bagi kita, khususnya yang menimpakan semua urusan rumah tangga pada ibu. Beliau yang bangun pagi, menyiapkan sarapan, membereskan kamar, membersihkan rumah, mencuci piring, merendam dan membilas pakaian, menjemurnya, mengangkatnya, menyetrikanya, dsb. Semuanya.
Mungkin di hari ibu beliau masih melakukan hal yang sama, apanya yang mesti dibahagiakan? Atau… beliau terbebas dari tugas selama satu hari, tapi esok dan seterusnya masih melakukan pekerjaan berat yang sama? Pikiran itu saja barangkali sudah membuatnya lemas.
- Ibu Masih Menjalani Tugas yang Bahkan Bukan Kewajibannya
Jangan jauh-jauh dulu pada tugas membereskan kaos kaki atau baju kotor yang berserakan, urusan bangun tidur saja kadang menjadi tugas sang bunda. Beberapa diantara kita padahal sudah punya alarm, tapi tetap saja sosok ibu yang mesti jadi penggebrak di pagi hari.
Belum lagi dengan hal lain seperti membereskan piring atau gelas kotor bekas makan kita sendiri, atau menyimpan remote tv di tempatnya setelah kita sendiri yang menggunakannya, atau membereskan charger-an ponsel yang masih menggantung terjuntai, dsb. Nah…
Apakah kalian merasakan itu juga?
- Hanya Sekadar Selebrasi
Namanya juga selebrasi, jadi statusnya hanya sekadar peringatan, tanpa mendalami maknanya lebih lanjut. Yang terekspose itu bagian yang justru tidak terlalu vital. Padahal ada intisari yang lebih penting, tentang bagaimana kita beresolusi menjadi pribadi yang lebih baik.
Demikian juga dengan hari ibu. Kita lebih mementingkan hendak memposting status apa di media sosial, memposting foto kece mana di Instagram, termasuk juga hendak menulis postingan apa di blog. Hehe… di luar semua itu, ada yang lebih vital. Tentang bagaimana kita terus berupaya menjadi penyeka airmatanya, dan menggantinya dengan senyuman mekar.
- Tidak Ada Ucapan “Selamat Hari Ibu” Langsung di Depan Ibu
Sudah diyakini betul, sebagian besar dari kita mengucapkan “selamat hari ibu” di media sosial. Teman-teman di facebook, followers di twitter, followers di Instagram, lingkaran di G+, dsb. Semua tahu. Dunia tahu.
Tapi bagaimana dengan ibunya sendiri? Apa kita sudah mengucapkannya langsung di hadapan ibu? Siapa tahu beliau menanti-nanti ucapan langsung dari anaknya? Kalau enggak ada, apanya yang membuat istimewa dan bahagia?
Cobalah untuk mengucapkan selamat hari ibu dan memberikan sesuatu yang istimewa kapan pun, kalo bisa setiap hari agar ibu kita merasa bahagia.
- “Hari Ibu” Hanya Sekadar Ucapan
Atau mungkin, ada yang sudah mengucapkan “selamat hari ibu” langsung di depan ibu. Tapi sayang, ucapan itu hanya sebatas sesuatu yang keluar dari mulut, didengar, direspon, lalu sudah… lepas. Ucapan itu ada baiknya menjadi cambuk untuk mengubah kelakukan kita terhadap ibu, agar lebih baik dan lebih respect. Hati kita harus benar-benar meresapi kalau hari ibu menjadi momen untuk kita semakin menguatkan ikrar, khususnya untuk berusaha semaksimal mungkin membahagiakan beliau.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.. Aamiin
Ayo mari kita coba bahagiakan ibu kita setiap hari .. ^_^
Every day is mother’s day in islam
Love, respect, and obey her everyday
Salam Hangat, MyHayra Team
Sumber : www.rosediana.net
Leave a reply